Dengan adanya rencana revitalisasi yang akan dilakukan pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan akibat ketidakmampuan TPA Piyungan dalam menampung sampah, memberikan dampak kemungkinan bahwa TPA Piyungan akan diberhentikan operasionalnya sementara pada akhir 2023 hingga tahun 2026.
Hal tersebut tentunya akan membentuk permasalahan di Kota Yogyakarta, seperti yang dijelaskan oleh Ir. Aman Yuriadijaya selaku ketua Forum Bank Sampah Kota Yogyakarta, bahwa ketika TPA Piyungan diberhentikan operasionalnya pada bulan lalu, banyak sampah di Kota Yogyakarta yang sulit dikendalikan, bulan lalu total sampah di Kota Yogyakarta mencapai 260 ton dan sampai anorganik mengambil porsi sebanyak 43 persen dari jumlah total sampah yang ada.
Maka guna menekan volume sampah yang ada, setiap kemantren perlu memetakan jalan keluar berdasarkan situasi dan kondisi masing-masing wilayah untuk menangani kemungkinan darurat sampah dengan teknis yang jelas.
Zero sampah Anorganik merupakan rencana target yang dapat direalisasikan, dengan memilih metode pengolahan sampah dari sumber pertama yaitu rumah tangga. Upaya yang perlu diperhatikan untuk setiap Kemantren adalah bagaimana mengaktifkan kembali Bank Sampah yang mati pada wilayahnya serta melakukan penambahan nasabah Bank Sampah sehingga hal tersebut mampu menunjang target zero sampah anorganik yang akan dilakukan.
Nantinya Bank Sampah akan berperan dalam mengelola sampah anorganik secara maksimal dengan memanfaatkan Galeri Daur Ulang Sampah sebagai ruang bagi produk - produk daur ulang yang akan mereka hasilkan. Serta Pemanfaatan Klinik Bank Sampah sebagai media pembinaan bagi Bank Sampah untuk menjadi bank sampah yang lebih sehat. Sehingga kegiatan penanganan sampah tersebut dapat dilakukan dengan terus berkelanjutan, dan menjadi salah satu cara dalam menekan volume sampah yang ada di Kota Yogyakarta.