Karbon monoksida (CO) merupakan satu diantara lima parameter utama dalam menilai kualitas udara ambien di Indonesia, disamping NO2, SO2, O3 dan PM10. Bagi Kota Yogyakarta, konsentrasi CO menjadi penting karena sejauh ini selalu menjadi parameter dominan dalam nilai Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) kota ini. Artinya bahwa jika konsentrasi CO pada hari tersebut rendah maka nilai ISPU Kota Yogyakarta hari tersebut akan masuk kategori baik, demikian sebaliknya.
Pada saat pandemi covid-19 ini, terjadi penurunan rata-rata konsentrasi harian CO Kota Yogyakarta yang cukup signifikan. Hal ini terlihat dari data yang dihasilkan oleh stasiun AQMS (Air Qualty Monitoring System) di DLH Kota Yogyakarta yang mampu merekam pergerakan data pencemaran udara ambien Kota Yogyakarta secara kontinyu dan real time.
Sumber: Stasiun AQMS Kota Yogyakarta, 2020
Dari grafik di atas terlihat bahwa rata-rata konsentrasi CO mengalami penurunan yg cukup tajam selama masa tanggap darurat covid-19 di DIY yaitu bulan April 2020 dan Mei 2020. Bahkan jika dibandingkan Bulan Maret 2020, penurunan konsentrasi karbon monoksida (CO) pada Bulan Mei 2020 mencapai 42%. Ini merupakan konsentrasi CO terendah di Kota Yogyakarta sejak dipasangnya stasiun AQMS tahun lalu di Kota Yogyakarta. Sedangkan puncak konsentrasi CO terekam pada bulan Desember 2019 karena diduga pada saat tersebut jumlah kendaraan yang masuk ke Kota Yogyakarta sangat tinggi saat liburan natal dan tahun baru.
CO sendiri merupakan senyawa yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa yang dihasilkan oleh proses pembakaran yang tidak sempurna di dalam mesin. Gas ini sangat beracun yang berbahaya bagi tubuh karena sangat reaktif dalam berikatan dengan haemoglobin darah, sehingga mengganggu distribusi oksigen ke seluruh tubuh. Tingginya konsentrasi CO suatu wilayah biasanya berkorelasi positif dengan tingkat kepadatan lalu lintas pada wilayah tersebut.
Sumber: Stasiun AQMS Kota Yogyakarta, 2020
Penurunan konsentrasi CO di Kota Yogyakarta selama pandemi covid-19 sebetulnya terjadi juga di negara lain misal China, Eropa maupun Amerika Serikat yang memberlakukan kebijakan lockdown. Dimana pada masa tersebut terjadi penurunan aktivitas ekonomi masyarakat secara besar-besaran. Namun demikian, penurunan parameter CO di Kota Yogyakarta kemungkinan hanya bersifat sementara dan tidak akan berlangsung lama seiring dengan rencana akan diberlakukannya kebijakan New Normal. Penerapan New Normal tentunya secara otomatis akan mendorong pergerakan aktivitas ekonomi masyarakat Kota Yogyakarta sehingga secara tidak langsung akan berpengaruh juga terhadap peningkatan kepadatan transportasi yang merupakan sumber utama CO di Kota Yogyakarta.
Penurunan konsentrasi CO selama pandemi covid-19 menjadi catatan penting bagi kita bahwa rendahnya mobilitas kendaraan di Kota Yogyakarta berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kualitas udara ambien Kota Yogyakarta. Hal ini tentunya akan menjadi pertimbangan para stakeholders ketika ingin merumuskan kebijakan pengendalian kualitas udara di masa yang akan datang. Mengingat pentingnya sistem peringatan dini (early warning system) pencemaran udara di Kota Yogyakarta, saat ini masyarakat bisa dengan mudah mengakses data kualitas udara ambien Kota Yogyakarta hasil pantauan stasiun AQMS secara real time melalui laman www.jogjakota.go.id atau www.lingkunganhidup.jogjakota.go.id.